Ketika kita bermasalah dengan orang lain, dan kita merasa menjadi pihak yang dirugikan, biasanya yang terlintas dalam benak kita adalah balas dendam. Andai kata itu terlalu keras, maka paling tidak kita berharap agar orang yang merugikan kita mendapat balasan yang setimpal.
Balas dendam memang bisa dikatakan menyenangkan. Segala luapan kecewa, marah, sedih, rasanya mendapat suatu hiburan yang luar biasa, melebihi pesta tahun baru atau bahkan pesta sweet seventeen. Segala kenegatifan itu sirna.
Namun, ketika dirasakan kembali, balas dendam hanya akan menimbulkan masalah yang berkelanjutan. Kita ini adalah manusia yang tidak mengenal rasa puas. Kita merasa senang ketika pertama kali mampu membalas dendam. Rasa tersebut ternyata berdampak pada keinginan untuk merasakan kenikmatan dan kebahagiaan lain karena membalas dendam. Sehingga balas dendam berkelanjutan dan tak ada akhirnya.
Kita semua pasti pernah belajar tentang agama dan ketuhanan. Andai tidak percaya akan itu semua, kita sebut saja (mungkin) budi. Dalam hal-hal itu, tidak ada kata balas dendam sebagai sesuatu yang disarankan. Andai disarankan, saya kira balas dendam bukan satu-satunya cara untuk menuntaskan.
Saya sedang berproses terhadap suatu jalan lain untuk menuju ketentraman jiwa akibat dari dirugikan. Pengampunan. Saya kira dalam agama, ketuhanan, maupun budi, pengampunan itu ada.
Dalam benak saya, jika kita berpikir ketuhanan, maka ada satu sebutan Tuhan, yaitu Yang Maha Rahim. Atau yang paling pengampun. Maka bisa dikatakan, pengampunan merupakan jalan-Nya. Andai kita berada di jalan-Nya, sama saja dengan kita bersekutu dengan-Nya. Saya kira kita jauh lebih dikuatkan.
Andai kita tidak menggunakan sudut pandang keagamaan dan ketuhanan, pengampunan merupakan proses pendewasaan diri. Pendewasaan diri untuk menerima keadaan pribadi orang yang telah merugikan, mengkonversikannya sebagai sarana untuk refleksi diri, perbaikan diri, dan syukur-syukur mampu membantu orang lain (bahkan orang yang telah merugikan) menjadi lebih baik dari pribadinya saat ini.
Pengampunan memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Bukan pula suatu hal yang instan. Pengampunan merupakan sebuah proses jangka panjang, yang akan berefek jangka panjang pula. Beberapa kali saya mendengar cerita tentang orang yang telah membalas dendam, dalam diri mereka ketika berbicara tentang dendam yang terbalas sekan mempermalukan orang yang telah mereka balas. Ketika mereka mempermalukan dengan cerita itu, sesungguhnya mereka masih menaruh sakit hati yang teramat dalam. Namun, ketika kita mampu mengampuni, kita akan jauh lebih mampu menerima, memaklumi, bahkan memperbaiki diri dan keadaan daripada orang yang melakukan balas dendam.
Sekali lagi, saya juga tengah berproses dalam pengampunan. Paling tidak kesadaran telah tumbuh untuk menjadikannya sebagai niat awal. Berminatkah Anda untuk bekerja sama dengan saya untuk berproses dalam pengampunan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana pendapatmu?