7 September 2011

YANG TAK PERNAH ADA LAGI

Tak pernah lagi ku melihat kerumunan manusia menatap podium.
Hening, memperhatikan dengan seksama orasi-orasi pembakar naluri.
Seakan kata, kalimat, adalah rangkaian mantra untuk mengelu dan memuja.
Seakan semua itu titah dari raja.


Tak pernah lagi ku melihat kerumunan manusia menyambut kedatangan.
Sorak sorai, suka cita meski sesekali pembawaannya membuat ciut nyali.
Seakan gerak, keputusannya, adalah rangkaian peraturan harus dilakukan.
Seakan semua itu vonis sang pengadil.

Tak pernah lagi ku melihat kerumunan manusia yang tulus berkumpul.
Karena kini bukan nurani, bukan hati, tapi money.
Tak pernah lagi ku melihat kerumunan manusia yang tulus berkumpul.
Karena kini bukan sadar diri, bukan dedikasi, tapi jabatan tinggi.

Ini bukan sindiran.
Tapi sarkasme.
Aku bukan orang yang munafik.
Ini perlu untuk hidup lebih baik.
Di mana jati diri?
Sudahlah, tak ada yang peduli.


Mazda Radita Roromari
Rabu, 7 September 2011; 21:03 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapatmu?