7 Januari 2012

AKU DAN JERSEY

Aku memiliki sebuah kisah (yang menurutku) menarik. Kisah ini merupakan pengalaman pribadi. Bisa dikatakan tulisan ini sedikit curhat. Mumpung masih bisa curhat. Kisah ini mengenai aku dan sebuah kostum atau jersey sepakbola lama. Kostum itu Juventus away 1999/2000 dengan nama Inzaghi nomor 9.





Aku memiliki hobi yang mungkin kurang biasa di kalangan umum. Seringkali juga dipandang aneh untuk banyak orang. Aku memiliki hobi mencari jersey sepakbola lama dan terkesan langka. Lama di sini dalam artian mulai tahun lalu hingga tahun yang sudah lama, kadang mencari dengan nama pemain tertentu yang bisa dikatakan menjadi legenda. Selain mencari lewat beberapa kios yang menjual beberapa kostum lama, kami kadang kala juga menukarkan baju. Sering kami mendapati kuli bangunan, tukang becak, tukang parkir memakai kostum seperti itu, dan kami biasanya mendekati dan melamar untuk bertukar baju. Karena benar juga kata salah satu penjual yang kami kenal, "Uang bisa dicari, jersey langka sulit dicari." Pada awalnya aku juga mencari berbagai klub dan pemain, tapi aku mengubah pencarianku. Aku sekarang hanya berusaha mengkoleksi jersey Juventus dan Italia. Tapi kalau ada yang kelihatan langka banget, dan ada nilai historis tinggi, ya siap menawar. Dalam dunia jersey jadul, kami pun mengenal sistem lelang. Beberapa penjualan melalui lelang, selain dengan cara tawar menawar. Rata-rata jual beli jersey semacam ini secara online. Rata-rata melalui Kaskus atau Facebook.

Langsung cerita aja deh. Aku punya kenalan di sebuah kios yang menyediakan jersey lawas. Suatu ketika ia menawarkan padaku jersey Juventus away 1999/2000 Inzaghi nomor 9. Aku sendiri belum memiliki jersey yang itu, dan sedang mencarinya. Lagipula aku belum memiliki sebuah jersey pun dengan nama Inzaghi, dan aku sangat mencari. Ia membuka harga 110 ribu Rupiah. Ia menyatakan kalau harga ini fix, karena ini titipan dari temannya, dan rencananya jersey itu akan dilelang. Aku menghitung, dan merasa harganya terlalu tinggi. Dengan entengnya aku mempersilahkan untuk melelangnya. Ketika perjalanan ke rumah, aku berpikir tentang penolakanku. Karena kemudian aku berpikir, biasanya harga buka lelang 90 ribu, dan kelipatan tawaran adalah 9 ribu. Seperti pengalaman juga, jika jersey Juventus dilelang, biasanya ramai. Dua kali tawaran sudah mencapai 108 ribu. Aku kemudian menyesal, karena jika sampai aku memenangkan lelang pun harganya lebih mahal dari 110 ribu.

OK, menyesal tak ada artinya. Sudah menjadi risiko menolak penawaran. Akhirnya aku pun ikut lelang jersey juga melalui Facebook. Aku mulai ikut menawar. Tetapi aku tiba-tiba ada kesibukan dan tidak bisa memantau perkembangan. Lelang di lapak tersebut biasanya selama dua minggu setelah penawaran pertama. Tepat di hari terakhir penawaran, aku hendak menawar. Ketika itu harga sudah mencapai 136 ribu. Tetapi alangkah terkejutnya ketika melihat komentar bahwa elang jersey tersebut sudah ditutup, dan menyatakan seorang user sebagai pemenang jersey.

Aku pun mencoba menanyakan kepada pemilik lapak, dan ternyata terjadi kekeliruan. Tetapi aku tetap meminta penjual tetap pada keputusannya, karena ia sempat akan membatalkan. Setidaknya kejadian ini bisa menjadi koreksi untuknya. Kami pun sudah saling mengenal dan bisa dikatakan saling paham, sedangkan jika ia mengubah keputusan, mungkin citranya di mata user lain yang kurang mengenalnya bisa menjadi rusak. Aku merasa tak bermasalah pada akhirnya tidak mendapatkan jersey tersebut, walau ada rasa kecewa pastinya. Tetapi aku sendiri kemudian menyadari bahwa ini risikoku karena dulu menolak penawaran, dan mungkin saja jersey itu bukan jodohku. Aku sendiri pun berusaha profesional dan menjaga keprofesionalan rekanku pemilik lapak.

Kejadian tersebut tidak terlalu menjadi pemikiranku kemudian. penyesalan yang ada pun coba ditangkal dengan pemikiran bahwa hal itu risiko. Tetapi tiba-tiba ketika saya dan penjual jersey tersebut ngobrol, tiba-tiba ia mengungkapkan kalau pemenang lelang membatalkan deal lelang. Penawar tertinggi kedua pun kemudian dihubungi juga belum membalas. Hingga akhirnya aku ditawari jersey tersebut, dan ia menyebut harganya dengan harga ketika ia pertama kali menawarkan padaku, 110 ribu, karena sepertinya tidak ada yang berminat secara cepat, sementara barang tersebut adalah titipan temannya. Akhirnya beberapa hari kemudian kubayar lunas, dan jersey yang aku cari tersebut ada di tanganku.

Ketika aku akhirnya mendapatkan jersey tersebut, aku kemudian berpikir tentang pepatah, "Kalau jodoh tak ke mana". Mungkin ada berbagai rintangan dan halangan, tetapi ketika kita memang mengusahakan dengan niat baik, dan seakan tak memaksa, pasti ada jalan dan reward untuk apa yang kita lakukan tersebut. Kalau berpikir realistis, pasti sulit. Aku akui juga sulit pada penerimaan ketika menyadari tak mendapatkan jersey pada awalnya. Tetapi aku yakin bisa mengatasinya, dan kita akan tersenyum karenanya.

Ini bukan ceritamu. Ini ceritaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapatmu?